Apa yang Terjadi dengan Emisi pada Tahun 2024?
Pada tahun 2024, emisi karbon dioksida (CO₂) global mencapai rekor tertinggi sekitar 41,6 miliar metrik ton. Angka ini menunjukkan peningkatan 2% dibandingkan tahun 2023. Emisi tersebut termasuk dari bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan. Emisi bahan bakar fosil berkontribusi sebesar 37,4 miliar metrik ton. Peningkatan ini sangat mengkhawatirkan, karena terjadi di tengah tingginya emisi selama dekade terakhir. Hal ini bertentangan dengan penurunan tajam yang diperlukan untuk memenuhi tujuan iklim global.
Faktor-faktor Penyebab Rekor Emisi pada Tahun 2024
- Pemulihan Ekonomi: Kegiatan industri pasca pandemi dan pemulihan ekonomi meningkatkan konsumsi energi, yang sebagian besar bergantung pada bahan bakar fosil.
- Cuaca Ekstrem: Suhu yang sangat tinggi, yang disebabkan oleh El Nino, mengintensifkan kebakaran hutan dan deforestasi, terutama di Amerika Selatan, yang berkontribusi secara signifikan terhadap emisi penggunaan lahan.
- Ketergantungan Bahan Bakar Fosil yang Terus Berlanjut: Meskipun ada kemajuan pada energi terbarukan, ketergantungan global terhadap batu bara, minyak, dan gas terus meningkat. Sebagai contoh, emisi gas meningkat sebesar 2,4% pada tahun 2024.
Secara historis, emisi tahun 2024 merupakan yang tertinggi yang pernah tercatat. Mencerminkan pertumbuhan lebih lambat dibandingkan dengan beberapa dekade terakhir, namun tidak ada pengurangan yang substansial. Meskipun emisi dari perubahan penggunaan lahan telah menurun sekitar 28% sejak puncaknya di akhir tahun 1990-an, peningkatan ini diimbangi dengan meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil.
Dampak dari Rekor Emisi di Bumi
- Percepatan Perubahan Iklim: Emisi yang lebih tinggi memperparah pemanasan global, mendorong dunia semakin dekat untuk melampaui kenaikan suhu 1,5°C yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris. Pada tingkat saat ini, anggaran karbon untuk 1,5°C dapat habis hanya dalam waktu enam tahun.
- Gangguan Lingkungan: Peningkatan emisi akan meningkatkan kejadian cuaca ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati, sehingga membahayakan ekosistem di seluruh dunia.
- Kesehatan dan Mata Pencaharian Manusia: Kualitas udara yang buruk dan perubahan pola iklim mempengaruhi kesehatan manusia, pertanian, dan stabilitas ekonomi.
Apa yang Harus Kita Lakukan Sekarang?
- Mengadopsi Solusi Energi Bersih: Mempercepat investasi dalam energi terbarukan seperti angin, matahari, dan penyimpanan baterai yang canggih dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
- Meningkatkan Kebijakan Global: Pemerintah harus menerapkan harga karbon yang lebih ketat, menegakkan peraturan tentang polusi industri. Pada tahun 2024, sistem perdagangan karbon mencakup 58% dari PDB global, yang menyoroti potensinya sebagai alat untuk mengurangi emisi.
- Mendukung Solusi Berbasis Alam: Reboisasi, penghijauan, dan penyerapan karbon tanah dapat membantu mengimbangi emisi sekaligus memulihkan ekosistem.
- Kolaborasi Internasional: Mencapai pengurangan yang signifikan membutuhkan kerja sama global, terutama dalam membiayai teknologi bersih untuk negara-negara berkembang dan menetapkan tujuan pengurangan emisi bersama.
- Tindakan Individu: Mengadopsi praktik hemat energi, mengurangi limbah, dan mengadvokasi perubahan kebijakan dapat memperkuat upaya kolektif melawan perubahan iklim.
Rekor emisi pada tahun 2024 menggarisbawahi seruan mendesak untuk bertindak. Meskipun kemajuan teknologi dan kebijakan menunjukkan harapan, tren ini membutuhkan pendekatan yang bersatu dan beragam. Tindakan sesegera mungkin dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim yang paling parah, memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi semua.
Baca Artikel lainnya: Peran Masyarakat dalam Mengurangi NOx