Keunggulan Sistem SCR Dibandingkan Sistem EGR pada Mesin Diesel

Mar 3, 2024

Di ranah permesinan diesel, pertarungan demi efisiensi, performa, dan keramahan lingkungan terus berlangsung. Dua teknologi utama berada di garis terdepan pertempuran ini: Selective Catalytic Reduction (SCR) dan Exhaust Gas Recirculation (EGR). Meskipun keduanya bertujuan untuk mengurangi emisi berbahaya, sistem SCR telah muncul sebagai solusi yang lebih unggul, menawarkan banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem EGR.

Selective Catalytic Reduction System (SCR): Keajaiban Teknologi

Sistem SCR menggunakan konverter katalitik dan zat pereduksi, biasanya berbasis urea, untuk mengubah nitrogen oksida (NOx) yang berbahaya menjadi gas nitrogen (N2) dan uap air yang tidak berbahaya. Proses ini terjadi dalam sistem aftertreatment yang terpisah, di bagian hilir mesin, sehingga memungkinkan kontrol yang lebih tepat terhadap emisi. Keuntungan Sistem SCR:

  1. Pengurangan Emisi yang Ditingkatkan: Sistem SCR sangat efisien dalam mengurangi emisi NOx, sering kali mencapai pengurangan hingga 90%. Tingkat efektivitas ini melampaui apa yang dapat dicapai oleh sistem EGR, menjadikan SCR pilihan yang lebih disukai untuk memenuhi peraturan emisi yang ketat di seluruh dunia.
  2. Efisiensi Bahan Bakar: Dengan memungkinkan mesin beroperasi pada pembakaran yang optimal tanpa mengorbankan kinerja, sistem SCR berkontribusi pada peningkatan efisiensi bahan bakar. Tidak seperti sistem EGR, yang mendaur ulang gas buang kembali ke ruang pembakaran, yang berpotensi mengurangi output tenaga mesin, sistem SCR mempertahankan kinerja mesin sekaligus mengurangi emisi.
  3. Desain yang Fleksibel: Sistem SCR menawarkan fleksibilitas yang lebih besar dalam desain dan optimalisasi mesin. Karena proses aftertreatment terjadi di bagian hilir, produsen memiliki lebih banyak kebebasan untuk menyempurnakan parameter engine untuk efisiensi dan kinerja maksimum tanpa dibatasi oleh persyaratan EGR.
  4. Dampak yang Minimal pada Kinerja Mesin: Tidak seperti sistem EGR, yang dapat menyebabkan masalah seperti penumpukan jelaga dan berkurangnya respons mesin, sistem SCR memiliki dampak minim pada kinerja mesin. Hal ini memastikan pengalaman berkendara yang lebih mulus dan umur mesin yang lebih panjang, sehingga berkontribusi pada keandalan kendaraan secara keseluruhan.
  5. Kepatuhan Global: Dengan standar emisi yang semakin ketat secara global, sistem SCR telah menjadi solusi tepat untuk penyesuaian. Dari standar Euro 6 di Eropa hingga peraturan EPA Tier 4 di Amerika Serikat, teknologi SCR memungkinkan mesin diesel memenuhi atau melampaui standar ini dengan andal dan hemat biaya.

Sistem Exhaust Gas Recirculation (EGR): Keterbatasan dan Tantangan

Sistem EGR bekerja dengan mensirkulasi ulang sebagian gas buang mesin kembali ke ruang bakar, sehingga mengurangi produksi NOx dengan menurunkan suhu puncak pembakaran. Meskipun EGR telah menjadi pokok dalam pengendalian emisi mesin diesel selama beberapa dekade, EGR memiliki beberapa keterbatasan yang melekat:

  1. Akumulasi Jelaga: Sistem EGR dapat menyebabkan penumpukan jelaga dan endapan karbon di dalam sistem pemasukan dan pembuangan engine. Seiring waktu, akumulasi ini dapat mengganggu kinerja mesin, meningkatkan biaya perawatan, dan bahkan menyebabkan kegagalan komponen.
  2. Mengurangi Efisiensi: Dengan memasukkan gas buang inert ke dalam ruang bakar, sistem EGR mengencerkan campuran udara-bahan bakar, sehingga berpotensi mengurangi efisiensi mesin dan output daya. Pertukaran antara kontrol emisi dan kinerja ini dapat menjadi tantangan untuk diseimbangkan, terutama pada aplikasi berkinerja tinggi.
  3. Pengurangan NOx terbatas: Meskipun efektif hingga batas tertentu, sistem EGR memiliki keterbatasan dalam mencapai tingkat pengurangan NOx yang diperlukan untuk memenuhi standar emisi yang ketat, tanpa mengorbankan kinerja. Karena peraturan emisi terus diperketat, EGR saja mungkin tidak cukup sebagai satu-satunya solusi.
  4. Kebutuhan Perawatan: Sistem EGR memerlukan perawatan dan pembersihan rutin untuk mencegah penyumbatan dan memastikan fungsionalitas yang tepat. Hal ini menambah biaya kepemilikan secara keseluruhan dan dapat menyebabkan waktu henti untuk servis, yang berdampak pada produktivitas kendaraan.

https://www.pexels.com/photo/man-in-work-clothes-and-blue-cap-opening-front-mask-of-blue-truck-6720536/

Langkah ke depan: Merangkul Teknologi SCR untuk Masa Depan yang Lebih Bersih

Seiring dengan transisi industri otomotif menuju teknologi yang lebih bersih dan berkelanjutan, keunggulan sistem SCR dibandingkan sistem EGR menjadi semakin jelas. Dengan efisiensi yang tak tertandingi dalam pengurangan NOx, dampak minimal pada kinerja mesin, dan kepatuhan terhadap peraturan global, teknologi SCR mewakili masa depan pengendalian emisi mesin diesel.

Meskipun sistem EGR telah memenuhi tujuannya selama bertahun-tahun, keterbatasannya menjadi lebih jelas dalam menghadapi standar emisi yang lebih ketat dan permintaan pasar yang terus berkembang. Produsen dan operator armada sama-sama mengakui manfaat mengadopsi teknologi SCR untuk mencapai tujuan lingkungan dan keunggulan operasional.

Kesimpulannya, pilihan antara sistem SCR dan EGR sudah jelas: SCR merupakan solusi unggul untuk pengendalian emisi mesin diesel, menawarkan kinerja, efisiensi, dan keandalan yang tak tertandingi. Seiring dengan perkembangan industri otomotif, penggunaan teknologi SCR akan membuka jalan menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan di jalan kita.