Emisi Polutan Udara dari Transpotasi di Dunia

Nov 15, 2024

Transportasi merupakan komponen penting dalam masyarakat modern, yang memungkinkan pergerakan barang dan manusia di lintas wilayah dan negara. Namun, transportasi juga merupakan salah satu kontributor utama polusi udara di seluruh dunia. Seiring dengan urbanisasi dan industrialisasi yang terus meningkat, dampak lingkungan dari transportasi menjadi masalah yang mendesak. Emisi polutan udara dari transportasi tidak hanya memengaruhi kesehatan manusia, tetapi juga berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim dan degradasi ekosistem.

Apa itu Emisi Polutan Udara?

Emisi polutan udara mengacu pada pelepasan zat berbahaya ke atmosfer, yang dapat menurunkan kualitas udara dan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Polutan ini utamanya dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil di kendaraan, seperti mobil, truk, bus, kapal laut, dan pesawat terbang. Pembakaran bahan bakar seperti bensin dan solar menghasilkan berbagai polutan yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara. Ada dua kategori utama polutan udara:

  1. Polutan Primer: Polutan ini secara langsung dikeluarkan dari kendaraan, seperti kendaraan bermotor. Polutan primer yang umum meliputi:
    • Karbon monoksida (CO): Gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. Kadar CO yang tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama di ruang yang berventilasi buruk.
    • Nitrogen oksida (NOx): Kelompok gas yang berkontribusi terhadap pembentukan kabut asap dan hujan asam. Emisi NOx juga memiliki dampak negatif terhadap kesehatan, terutama pada sistem pernapasan.
    • Partikulat (PM) : Partikel halus, umumnya merupakan hasil sampingan dari pembakaran diesel, yang dapat masuk ke dalam paru-paru, menyebabkan gangguan pernapasan dan memperparah penyakit kardiovaskular.
    • Senyawa organik yang mudah menguap (VOC): Bahan kimia organik yang menguap ke udara dan dapat berkontribusi pada pembentukan ozon di permukaan tanah, komponen utama kabut asap.
  2. Polutan Sekunder: Polutan ini terbentuk ketika polutan primer berinteraksi dengan sinar matahari atau komponen atmosfer lainnya. Polutan sekunder yang utama meliputi:
    • Ozon (O₃): Polutan udara berbahaya yang terbentuk ketika NOx dan VOC bereaksi dengan adanya sinar matahari. Ozon di permukaan tanah merupakan komponen utama kabut asap dan dapat menyebabkan masalah pernapasan.
    • Hujan Asam : Ketika NOx dan sulfur dioksida (SO₂) bergabung dengan uap air di atmosfer, mereka membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang jatuh ke tanah sebagai hujan asam. Hal ini dapat merusak ekosistem perairan, kualitas tanah, dan vegetasi.

Polutan yang Menjadi Perhatian Global

Sektor transportasi merupakan sumber terbesar dari beberapa polutan yang memiliki dampak lokal dan global. Di antara polutan yang paling menjadi perhatian adalah Karbon Dioksida (CO₂), Nitrogen Oksida (NOx), Partikulat (Particulate Matter/PM), Ozon, dan Sulfur Dioksida (SO₂). Mengurangi emisi polutan dari transportasi merupakan langkah penting dalam mengatasi perubahan iklim.

https://www.pexels.com/photo/cars-on-road-on-rush-hour-10658552/

Mengurangi Polusi Udara dari Transportasi

Untuk mengurangi dampak negatif dari polusi udara yang berhubungan dengan transportasi, beberapa strategi dapat diterapkan di tingkat lokal, nasional, dan global. Langkah-langkah mitigasi ini melibatkan inovasi teknologi, perubahan kebijakan, dan perubahan gaya hidup.

  1. Beralih ke Bahan Bakar yang Lebih Bersih Cara paling efektif untuk mengurangi polusi udara yang terkait dengan transportasi adalah dengan beralih ke sumber energi yang lebih bersih. Hal ini mencakup:
    • Kendaraan Listrik (EV): Penggunaan kendaraan listrik yang ditenagai oleh sumber energi terbarukan, seperti tenaga angin dan tenaga surya, dapat secara signifikan mengurangi emisi CO₂, NOx, dan partikel. Kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi knalpot, menjadikannya solusi utama untuk udara perkotaan yang lebih bersih.
    • Sel Bahan Bakar Hidrogen: Kendaraan bertenaga hidrogen hanya mengeluarkan uap air, sehingga memberikan alternatif yang bersih untuk mesin pembakaran konvensional. Meskipun infrastruktur hidrogen masih dalam tahap pengembangan, hidrogen menjanjikan untuk mengurangi emisi pada transportasi berat, termasuk truk dan bus.
    • Bahan bakar hayati: Bahan bakar hayati yang berasal dari bahan tanaman atau limbah dapat menjadi alternatif yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil tradisional, mengurangi emisi CO₂ dan partikulat. Namun, dampaknya tergantung pada keberlanjutan bahan baku dan proses produksinya.
    • Diesel Exhaust Fluid (DEF): Untuk kendaraan bertenaga diesel, Cairan Buang Diesel (DEF) telah menjadi komponen kunci dalam mengurangi emisi berbahaya. DEF adalah larutan yang tidak beracun yang terbuat dari 32,5% urea dengan kemurnian tinggi dan 67,5% air deionisasi. DEF digunakan dalam sistem reduksi katalitik selektif (SCR), sebuah teknologi yang dirancang untuk mengurangi emisi nitrogen oksida (NOx) dari mesin diesel. Meskipun DEF tidak menghilangkan penggunaan diesel sebagai bahan bakar, DEF merupakan teknologi penting dalam mengurangi keluaran polutan dari mesin diesel. DEF, khususnya, memainkan peran kunci dalam mengatasi salah satu polutan yang paling signifikan – nitrogen oksida (NOx) – dan membantu memenuhi peraturan emisi yang semakin ketat pada mesin diesel.
  2. Meningkatkan Efisiensi Bahan Bakar Kemajuan dalam desain kendaraan, seperti mesin yang lebih efisien, bahan yang ringan, dan peningkatan aerodinamis, dapat mengurangi jumlah bahan bakar yang dikonsumsi per mil yang ditempuh. Hal ini menghasilkan emisi yang lebih rendah dari CO₂ dan polutan seperti NOx dan PM.
  3. Transportasi Umum dan Mobilitas Bersama Mempromosikan transportasi umum dan opsi mobilitas bersama (misalnya, layanan sharing mobil dan layanan transportasi online) dapat mengurangi jumlah kendaraan di jalan, sehingga mengurangi kemacetan lalu lintas dan emisi yang terkait. Peningkatan infrastruktur transportasi umum, seperti bus listrik dan sistem kereta api, dapat menawarkan alternatif rendah emisi dibandingkan penggunaan mobil pribadi.
  4. Perencanaan Kota dan Transportasi Berkelanjutan Kota-kota dapat menerapkan kebijakan yang memprioritaskan moda transportasi berkelanjutan, seperti bersepeda dan berjalan kaki, dengan membuat jalur khusus sepeda, zona pejalan kaki, dan ruang terbuka hijau. Mendorong pengembangan kawasan terpadu di dekat pusat-pusat transit dapat mengurangi kebutuhan untuk melakukan perjalanan jarak jauh, sehingga mengurangi emisi transportasi.
  5. Standar dan Peraturan Emisi yang Lebih Ketat Pemerintah dapat menerapkan standar emisi yang lebih ketat untuk kendaraan, baik untuk model baru maupun armada yang sudah ada. Peraturan seperti standar Euro 6 di Eropa dan standar Corporate Average Fuel Economy (CAFE) di Amerika Serikat telah berhasil mengurangi emisi dari kendaraan baru. Selain itu, retrofit kendaraan yang lebih tua dengan teknologi yang lebih bersih dapat membantu mengatasi polusi dari armada yang ada.
  6. Infrastruktur Transportasi Alternatif Berinvestasi dalam infrastruktur untuk kendaraan listrik, seperti stasiun pengisian daya dan stasiun penukaran baterai, dapat mendukung transisi ke EV. Demikian pula, pengembangan stasiun pengisian bahan bakar hidrogen dan perluasan jaringan kereta api berkecepatan tinggi dapat menawarkan opsi transportasi yang lebih berkelanjutan.

Emisi polutan udara dari transportasi masih menjadi salah satu tantangan lingkungan dan kesehatan yang paling signifikan di zaman ini. Polutan yang menjadi perhatian utama, termasuk CO₂, NOx, materi partikulat, dan ozon, menimbulkan risiko serius bagi kesehatan manusia, berkontribusi terhadap perubahan iklim, dan merusak ekosistem. Namun, ada solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak transportasi terhadap kualitas udara. Beralih ke bahan bakar yang lebih bersih, meningkatkan efisiensi bahan bakar, mempromosikan transportasi umum, dan menerapkan peraturan emisi yang lebih ketat adalah strategi penting untuk mengurangi polusi udara terkait transportasi. Dengan mengadopsi langkah-langkah ini, kita dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih bersih, lebih sehat, dan lebih berkelanjutan.